Kementerian Kehutanan, TNI, dan YABI Resmikan Kick-Off Translokasi Badak Jawa
Jakarta, 29 Agustus 2025. Langkah nyata dalam menyelamatkan satwa langka dunia, badak jawa (Rhinoceros sondaicus) resmi dilakukan. Menteri Kehutanan, Raja Juli Antoni resmi memimpin kick-off translokasi Badak Jawa dari Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) pada 29 Agustus 2025 di Gedung Manggala Wanabakti, Jakarta. Langkah monumental ini menjadi tonggak baru dalam sejarah konservasi badak bercula satu yang kini hanya tersisa di Taman Nasional Ujung Kulon, Banten, dengan jumlah yang diperkirakan hanya tersisa 80-100 ekor di alam.
Kegiatan kick-off Operasi Merah Putih translokasi Badak Jawa digelar sebagai tanda dimulainya rangkaian proses pemindahan beberapa individu Badak Jawa ke lokasi baru yang lebih aman dan sesuai dengan habitatnya, yaitu Javan Rhino Study and Conservation Area (JRSCA) yang terletak di kawasan Taman Nasioal Ujung Kulon. Translokasi dilakukan sebagai strategi jangka panjang untuk mengurangi risiko kepunahan akibat keterbatasan ruang hidup, potensi bencana alam, hingga penyakit yang dapat mengancam populasi Badak Jawa.
Dalam sambutannya, Menteri Kehutanan menegaskan bahwa translokasi ini adalah wujud nyata komitmen pemerintah bersama para mitra konservasi. “Badak Jawa adalah kebanggaan bangsa sekaligus warisan dunia. Kita punya tanggung jawab besar untuk memastikan satwa ini tidak punah, dan translokasi adalah salah satu upaya terbaik yang bisa kita lakukan,” ujarnya.
Proses translokasi akan dilakukan dengan sangat hati-hati, melalui tahapan panjang mulai dari survei habitat, pemantauan individu badak, persiapan kandang angkut, hingga pengawasan medis. Semua langkah dikoordinasikan dengan tim ahli nasional maupun internasional agar berjalan aman dan minim risiko.
Direktur Ekekutif Yayasan Badak Indonesia (YABI), Drs. Jansen Manansang, M.Sc, menyampaikan komitmen penuh YABI dalam mendukung kegiatan Operasi Merah Putih ini, sebagai wujud dari upaya kolaboratif antar sektor dalam melestarikan Badak Jawa. “Kita tidak bisa berjalan sendirian, tetapi harus beriringan dan berkolaborasi untuk menyelamatkan Badak Jawa warisan dunia,” ungkapnya.
Wujud kolaborasi tersebut disimbolkan dengan penancapan bendera merah putih yang dilakukan bersama-sama oleh Menteri Kehutanan RI, Wakil AsOps Tentara Nasional Indonesia (TNI), Direktur Jenderal Konservasi dan Sumber Daya Ekosistem (KSDAE), serta Direktur Eksekutif Yayasan Badak Indonesia (YABI). Dengan adanya kick-off ini, diharapkan semakin banyak dukungan publik terhadap upaya konservasi Badak Jawa.
Yayasan Badak Indonesia turut menyampaikan ucapan terima kasih kepada para pihak yang turut berkomitmen mendukung rangkaian proses Operasi Merah Putih ini, mulai dari Indonesia’s FOLU Net Sink 2030, Taman Safari Indonesia (TSI), dan Wilhelma Zoological Botanical Garden. Semoga segala proses kita ke depan dalam menyelamatkan Badak Jawa diberi kelancaran dan keselamatan, baik untuk individu Badak Jawa maupun tim yang bertugas. Salam Lestari!
Ministry of Forestry, Indonesian Armed Forces, and YABI Officially Commence Javan Rhino Translocation
Jakarta, 29 August 2025. A concrete step to save one of the world’s rarest species, the Javan Rhino (Rhinoceros sondaicus), has officially begun. Minister of Forestry Raja Juli Antoni formally led the kick-off of the Javan Rhino translocation from Ujung Kulon National Park (UKNP) on 29 August 2025 at Manggala Wanabakti Building, Jakarta. This monumental step marks a new milestone in the history of conserving the one-horned rhino, now only found in Ujung Kulon National Park, Banten, with an estimated 80–100 individuals remaining in the wild.
The kick-off of Operasi Merah Putih (Red and White Operation) for the Javan Rhino translocation was held as the official start of the process to move several Javan Rhino individuals to a safer and more suitable site: the Javan Rhino Study and Conservation Area (JRSCA), located within Ujung Kulon National Park. The translocation is a long-term strategy to reduce the risk of extinction caused by limited habitat, potential natural disasters, and disease that could threaten the population.
In his remarks, the Minister of Forestry stressed that the translocation reflects the government’s strong commitment in partnership with conservation stakeholders. “The Javan Rhino is a national pride as well as a world heritage. We have a great responsibility to ensure this species does not go extinct, and translocation is one of the best measures we can take,” he said.
The translocation process will be carried out with extreme caution, through a series of stages including habitat surveys, individual monitoring, preparation of transport enclosures, and veterinary supervision. Every step is coordinated with both national and international experts to ensure safety and minimize risks.
The Executive Director of Yayasan Badak Indonesia (YABI) reaffirmed YABI’s full commitment in supporting Operasi Merah Putih, as a form of cross-sectoral collaboration in conserving the Javan Rhino. “We cannot walk alone—we must move together and collaborate to save the Javan Rhino, a world heritage,” he stated.
This spirit of collaboration was symbolized by the planting of the Indonesia (red-and-white) flag, carried out jointly by the Minister of Forestry, Deputy Assistant for Operations of the Indonesian National Armed Forces (TNI), the Director General of Natural Resources and Ecosystem Conservation (KSDAE), and the Executive Director of YABI. With this kick-off, it is hoped that greater public support will grow for Javan Rhino conservation efforts.
Yayasan Badak Indonesia also expressed gratitude to all parties committed to supporting the Operasi Merah Putih process, including Indonesia’s FOLU Net Sink 2030, Taman Safari Indonesia (TSI), and Wilhelma Zoological Botanical Garden. May all our efforts ahead in saving the Javan Rhino be granted smooth progress and safety—for both the rhino individuals and the dedicated teams in the field.