Ordo : Perissodactyla
Super-famili : Rhinoceratoidea
Famili : Rhinocerotidae
Genus : Dicerorhinus
Spesies : Dicerorhinus sumatrensis (Fischer, 1814)
MORFOLOGI
- Bercula dua, dengan ukuran cula depan (anterior) berkisar antara 25-80 cm sedangkan cula belakang (posterior) relatif pendek dan tak lebih dari 10 cm.
- Badak sumatera merupakan badak terkecil, berat badan berkisar antara 600-950 kg, tinggi 1-1,5 m dan panjang 2-3m.
- Matanya kecil dikelilingi lipatan kulit.
- Kulitnya tipis, halus, dan licin. Warna kulit coklat kemerahan yang hampir seluruh tubuh tertutup oleh rambut yang pendek dan kaku dengan warna bervariasi yang pada umumnya putih kehitaman. Badak sumatera juga dijuluki sebagai badak berambut.
- Terdapat dua lipatan kulit utama yaitu satu lipatan di belakang kaki depan dan satu lipatan kulit melingkari perut.
- Kaki badak sumatera memiliki ukuran permukaan yang lebar dengan masing-masing memiliki tiga kuku setengah melingkar.
POPULASI DAN PENYEBARAN
Dahulu, populasi badak sumatera tersebar disepanjang Assam-India, Myanmar, Semenanjung Malaya, Sumatera dan sebagian besar pulau Kalimantan, serta populasi yang terisolasi di Vietnam, Laos, dan Kamboja. Saat ini populasi terbesar yang tersisa terdapat di Indonesia (± 70% dari total populasi di dunia), yaitu di Taman Nasional Leuser , Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, dan Taman Nasional Way Kambas , dan sedikit populasi yang terisolir di Kalimantan.
Populasi badak sumatera pada tahun 1974 berkisar antara 400-700 individu dan terus mengalami penurunan yang drastis sejak era 1980 dan 1990 akibat perburuan. Perburuan bahkan membuat badak sumatera dinyatakan punah sejak akhir 2001 di Taman Nasional Kerinci Seblat. Populasi di Semenanjung Malaya (Sabah dan Serawak) juga telah dinyatakan punah. Meskipun kasus kematian badak sumatera akibat perburuan terakhir diberitakan pada 2002, hal tersebut berdampak pada semakin kompleks permasalahan yang terjadi pada badak sumatera saat ini, akibat kritisnya kondisi populasi yang tersisa.
Berdasarkan Analisa Viabilitas Populasi dan Habitat (PHVA) Badak Sumatera tahun 1993, populasi badak sumatera di Sumatra berkisar antara 215 -319 individu atau dengan kata lain telah terjadi penurunan populasi badak sumatera sekitar 50% dalam kurun waktu 20 tahun (1974 – 1993). Selama dekade terakhir, delapan kantong populasi badak sumatera di Sumatera telah punah. Tekanan perburuan liar telah mengurangi jumlah populasi badak sumatera menjadi kira-kira antara 145 – 200 individu yang mendiami Taman Nasional Gunung Leuser (60-80), tempat lain di Provinsi Aceh (10-15), TN. Bukit Barisan Selatan (60-80) dan TN. Way Kambas (15-25).
Namun seperti halnya badak-badak di Asia Tenggara pada umumnya populasi badak sumatera menurun akibat adanya kombinasi ancaman kehilangan kawasan hutan habitatnya akibat perambahan, perubahan fungsi hutan menjadi areal perladangan,illegal logging; dan perburuan cula yang didorong oleh asumsi masyarakat yang keliru dimana cula badak dianggap memiliki khasiat sebagai obat dan bagian tubuh badak lainnya.
HABITAT
Badak sumatera umumnya ditemukan di daerah berbukit-bukit yang dekat dengan air. Spesies tersebut menempati hutan hujan tropis dan hutan lumut pegunungan, tetapi juga menyukai daerah pinggiran hutan dan hutan sekunder. Badak sumatera dapat hidup pada kisaran rentang habitat yang luas, mulai dari rawa-rawa dataran rendah hingga hutan pegunungan.
Sehubungan dengan semakin terfragmentasinya kawasan hutan di hampir seluruh pulau Sumatera akibat perkembangan pembangunan, maka habitat badak sumatera secara umum terbagi menjadi dua kelompok. Kelompok habitat tersebut terdiri dari habitat dataran rendah, seperti di Taman Nasional Way Kambas, dan habitat dataran tinggi , seperti Taman Nasional Bukit Barisan Selatan dan Taman Nasional Gunung Leuser.
PERILAKU
- Sama halnya dengan badak jawa, badak sumatera merupakan satwa penjelajah, browser, dan soliter. Badak sumatera betina bersifat teritorial dan saling menghindari satu sama lain, sedangkan badak betina dengan anak memiliki daerah jelajah yang lebih kecil, dan badak betina tanpa anak lebih ekslusif lagi.
- Sifat badak sumatera yang soliter menyebabkan terjadinya hidup bersama hanya mungkin pada badak jantan dan betina di musim kawin atau antara induk betina dan anaknya.
- Terkadang beberapa individu bersama-sama mendatangi tempat berkubang atau menggaram.
- Badak sumatera berkubang paling tidak satu kali dalam sehari. Kubangan berbentuk oval dan memiliki dinding dengan tanda gesekan cula dan tubuh serta tanda-tanda lain di sekitarnya.
- Tanda-tanda badak (kaisan, plintiran, patahan, semprotan urin, dll) merupakan cara berkomunikasi badak dan merupakan cara untuk membantu pengenalan wilayah. Komunikasi lainnya dilakukan dengan bersuara.
- Betina dengan anaknya cenderung untuk lebih sering menggaram dibandingkan betina atau jantan dewasa atau sub-dewasa lain.
- Badak sumatera membuang kotoran dalam bentuk bulatan yang disebut bolus. Tumpukan kotoran terdiri lebih dari 10 boli. Kotoran baru berwarna kuning yang akan berubah warna menjadi coklat seiring waktu. Kotoran memiliki serta kasar dengan panjang 1 – 2 cm.