3rd Asian Rhino Range Countries Meeting
Kegiatan Asian Rhino Range Countries Meeting yang berlangsung di Chitwan National Park Nepal dari tanggal 3 sampai 5 Februari 2023 merupakan pertemuan rutin antara negara-negara di Asia yang melakukan upaya konservasi spesies badak asia (Bhutan, India, Indonesia, Malaysia dan Nepal) dalam rangka memperbarui dan berbagi informasi terkait pengalaman, best practice, inisiatif, isu-isu, dan visi bersama, penjajakan upaya kerjasama dalam upaya konservasi badak serta membuat deklarasi yang memuat prioritas kegiatan konservasi badak di Asia.
Kegiatan ini dihadiri oleh delegasi dari pemerintahan negara-negara di atas yang bertanggung jawab dalam kegiatan konservasi badak. Pemerintah Indonesia diwakili oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, yang mengirimkan delegasi yang beranggotakan dari unit pelaksana tugas (UPT) KLHK yang memiliki program konservasi badak, yaitu: BBTN Gunung Leuser, BBTN Bukit Barisan Selatan, BTN Way Kambas, BTN Ujung Kulon, dan BKSDA Kalimantan Timur, disertai juga oleh perwakilan Dinas Lingkungan Hidup Prov. Nangroe Aceh Darussalam.
Selain dari delegasi pemerintahan, pertemuan ini juga dihadiri oleh Organisasi Internasional (IUCN, Interpol, ASEAN-WEN, SAWEN, USFWS, IRF) dan NGO nasional dari masing-masing negara. Yayasan Badak Indonesia (YABI) adalah salah satu NGO yang hadir dari Indonesia, selain Forum Konservasi Leuser. Direktur Eksekutif Yayasan Badak Indonesia, Drs. Jansen Manansang, bersama drh. Dadan D Subrata (Manajer Program YABI) dan drh. Zulfi Arsan (Koordinator Vet SRS Way Kambas), menjadi perwakilan dari YABI.
Membawa Pembelajaran dari Nepal
Dari pertemuan ini didapat banyak pembelajaran dari negara lain, terutama India dan Nepal yang bersama-sama telah dapat meningkatkan populasi badak India menjadi diatas 4000 ekor di tahun 2022, naik dari jumlah 2800 an pada tahun 2009.
Populasi badak (Great one-horned rhinoceros) di Chitwan, Nepal, sampai pada periode tahun 1950-an berkisar antara 800 – 1000 individu. Kawasan lembah Chitwan, pada masa itu berada dalam perlindungan penguasa Rana dan kawasan tersebut juga dilindungi dari masuknya orang luar sejak merebaknya malaria di kawasan tersebut, hanya penduduk asli yaitu suku Tharus yang diketahui kebal terhadap malaria, tinggal didalam kawasan lembah tersebut.
Setelah runtuhnya rezim penguasa Rana pada tahun 1950 dan pemberantasan penyakit malaria selama pertengahan 1950, kawasan lembah Chitwan dibuka untuk umum dan masyarakat masuk kedalam kawasan dan membangun pemukiman. Ratusan bahkan ribuan orang dari wilayah perbukitan sangat tertarik dan datang ke dataran tinggi Terai yang sangat subur dan banyak kantong-kantong habitat satwa liar termasuk badak dibersihkan untuk pemukiman, perluasan pertanian, dan kegiatan lainnya. Hal tersebut bukan hanya menyebabkan rusaknya hutan alam tetapi juga mempengaruhi jumlah populasi satwa liar dimana perburuan terhadap satwa liar menjadi hal yang lazim terjadi pada pertengahan tahun 1950-an. Perburuan hewan liar terjadi juga pada badak akibatnya, populasi badak turun menjadi kurang dari 100 individu pada akhir tahun 1960-an.
Menyadari perlunya untuk menghentikan laju penurunan populasi badak yang cepat, Pemerintah Nepal mendirikan “Gainda Gasti”, yaitu Unit Patroli Badak yang dipersenjatai pada tahun 1961 dan kemudian menyatakan bahwa populasi badak yang tersisa hanya menghuni habitat seluas 544 km2 disepanjang sungai-sungai Rapti, Narayani dan Reu sebagai yang mana pada than 1973 dinyatakan sebagai Taman Nasional Chitwan (CNP). CNP kemudian diperluas mencakup luas total 932 km persegi dan kemudian terdaftar sebagai “Situs Warisan Dunia” pada 1984 untuk keanekaragaman hayati yang tinggi.
Setelah upaya Pemerintah Nepal (DNPWC) berhasil bersama mitra, penurunan populasi badak mulai stabil secara bertahap dan bahkan meningkat. Peningkatan jumlah badak sejak akhir 1960-an di Chitwan menunjukan bahwa populasi badak dapat pulih dengan cepat ketika habitat dan upaya perlindungan yang memadai disediakan. Ini memberikan contoh dari populasi yang hampir di ambang kepunahan namun tetap dipertahankan keragaman genetik yang tinggi.