Translokasi Badak Jawa: Upaya Nyata Selamatkan Spesies Ikonik

SIARAN PERS
Nomor: SP. 179/HUMAS/PP/HMS.3/8/2025

Jakarta, 21 Agustus 2025

Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kehutanan memperkuat komitmen pelestarian satwa ikonik Badak Jawa (Rhinoceros sondaicus) dengan melaksanakan program translokasi dari Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) menuju Javan Rhino Study and Conservation Area (JRSCA). Langkah ini menjadi strategi prioritas nasional untuk mengurangi ancaman kepunahan spesies yang kini hanya tersisa di habitat tunggal tersebut.

Kajian ilmiah menunjukkan Badak Jawa menghadapi risiko tinggi dengan keterbatasan daya dukung habitat, rendahnya keragaman genetik, serta tingkat inbreeding mencapai 58,5 persen. Population Viability Analysis (PVA) bahkan memprediksi spesies ini bisa punah dalam waktu kurang dari 50 tahun tanpa intervensi nyata.

Translokasi dilakukan untuk membentuk populasi kedua, memperbaiki keragaman genetik, serta menjamin keberlanjutan spesies melalui manajemen berbasis teknologi modern seperti Assisted Reproductive Technology (ART) dan biobanking. Program ini dilaksanakan secara kolaboratif dengan melibatkan lembaga konservasi nasional maupun internasional.

Wakil Menteri Kehutanan Sulaiman Umar Siddiq menegaskan, “Ini bukan sekadar memindahkan badak, tetapi usaha kolektif menyelamatkan masa depan spesies yang sudah di ambang kepunahan. Sinergi pemerintah, akademisi, lembaga konservasi, dan masyarakat menjadi kunci.” Pemerintah menargetkan pada 2029 populasi kedua Badak Jawa telah terbentuk, sebagai bukti nyata komitmen Indonesia menjaga satwa ikonik dunia.

———–

Javan Rhino Translocation: A Concrete Effort to Save an Iconic Species

The Government of Indonesia, through the Ministry of Forestry, is strengthening its commitment to conserving the iconic Javan Rhino (Rhinoceros sondaicus) by implementing a translocation program from Ujung Kulon National Park (UKNP) to the Javan Rhino Study and Conservation Area (JRSCA). This initiative serves as a national priority strategy to reduce the risk of extinction for a species now surviving in a single remaining habitat.

Scientific studies show that the Javan Rhino faces a high risk of extinction due to limited habitat carrying capacity, low genetic diversity, and an inbreeding rate reaching 58.5 percent. A Population Viability Analysis (PVA) even predicts that the species could disappear in less than 50 years without immediate intervention.

The translocation program aims to establish a second population, improve genetic diversity, and ensure long-term species survival through modern, technology-based management, including Assisted Reproductive Technology (ART) and biobanking. This program is carried out collaboratively, involving both national and international conservation institutions.

Deputy Minister of Forestry, Sulaiman Umar Siddiq, emphasized, “This is not merely about moving rhinos, but a collective effort to secure the future of a species already on the brink of extinction. The synergy of government, academia, conservation institutions, and local communities is the key.”

The Government of Indonesia is targeting the establishment of the second Javan Rhino population by 2029, as a tangible proof of the nation’s commitment to safeguarding one of the world’s most iconic species.

Menu