Penandatanganan Nota Kesepahaman antara Dana Ilmu Pengetahuan Indonesia (DIPI) dengan Yayasan Badak Indonesia (YABI)

“Aksi Kritis Selamatkan Badak: Sinergi untuk Masa Depan Badak Jawa dan Sumatera”

Jakarta, 02 Juni 2025. Berlokasi di Gedung Perpustakaan Nasional Republik Indonesia Lantai 17, Jalan Medan Merdeka Selatan No.11 Jakarta Pusat kolaborasi lembaga Dana Ilmu Pengetahuan Indonesia (DIPI) dengan Yayasan Badak Indonesia (YABI) telah resmi ditandatangani.

Penandatanganan kerjasama kedua lembaga ini langsung dilakukan oleh Bapak Prof. Drs. Jatna Supriatna, Ph.D. selaku Direktur Dana Ilmu Pengetahuan Indonesia (DIPI) dan Bapak Drs. Jansen Manansang, M.Sc selaku Direktur Eksekutif Yayasan Badak Indonesia (YABI).

DIPI adalah badan otonom Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) yang bertugas mengelola dana untuk digunakan dalam rangka kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. AIPI dibentuk oleh Pemerintah Indonesia berdasarkan Undang-Undang No.8 Tahun 1990 tentang Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia, sedangkan DIPI dibentuk sebagai pelaksanaan dari Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga AIPI yang disahkan melalui Keputusan Presiden No. 9 Tahun 2016. Sementara YABI merupakan organisasi non pemerintah yang telah memiliki pengalaman sangat panjang di bidang konservasi Badak Sumatera di Taman Nasional Way Kambas dan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (keduanya berada di Provinsi Lampung) serta konservasi Badak Jawa di Taman Nasional Ujung Kulon (Provinsi Banten).

Keberhasilan YABI dalam program konservasi badak adalah dengan pengelolaan sanctuary badak sumatera di Taman Nasional Way Kambas yang telah berhasil melahirkan 5 (lima) ekor badak sumatera, sehingga total badak sumatera yang berada di sanctuary Taman Nasional Way Kambas saat ini telah bertambah menjadi 10 (sepuluh) ekor dari 5 (lima) ekor sebelumnya.

Kedua lembaga bersepakat untuk membangun kerangka kerja sama dalam upaya konservasi
badak di Indonesia yang bertujuan untuk:

  1. Meningkatkan efektivitas dan keberlanjutan program konservasi badak;
  2. Mempromosikan penelitian, pendidikan, dan kesadaran publik mengenai konservasi
    badak;
  3. menjembatani antara program, sains, dan peraturan yang mendukung untuk
    keperluan eksekusi program; dan
  4. melakukan penggalangan dana bersama

Adapun cakupan kerjasama ini meliputi:

  1. Penelitian dan pengembangan terkait konservasi badak, termasuk studi populasi, habitat, dan perilaku.
  2. Peningkatan kapasitas dan pelatihan bagi para pemangku kepentingan yang terlibat dalam program konservasi badak, seperti petugas lapangan, peneliti, dan masyarakat lokal.
  3. Pengembangan dan implementasi program-program konservasi badak, seperti patroli anti-perburuan, perlindungan habitat, dan pemberdayaan masyarakat.

Advokasi dan kampanye publik untuk meningkatkan kesadaran tentang pentingnya konservasi badak.

Dalam pelaksanaan kerjasama tersebut, DIPI dan YABI sepakat untuk menerapkan pendekatan konservasi berbasis bukti (evidence-based conservation) yang menerapkan pendekatan ilmiah terhadap pengambilan keputusan dalam program konservasi dengan menggunakan bukti yang dikumpulkan dari berbagai sumber untuk menilai efektivitas intervensi dan mengidentifikasi strategi terbaik untuk melindungi keanekaragaman hayati.

Dalam kerja sama ini kedua lembaga berencana untuk melaksanakan beberapa program. Pertama, kajian tentang populasi badak dan viabilitas habitat untuk memastikan bahwa jumlah badak yang ada di alam bisa bertambah dengan kualitas genetik yang baik dan kondisi habitat yang bisa menopang keberadaan satwa tersebut secara alami.

Kedua, kajian tentang efektivitas intervensi yang sudah dilakukan YABI, khususnya dalam mengurangi tekanan perburuan badak dan menilai efektivitas pengelolaan habitat badak dan kawasan pendukunganya dengan memperhatikan kerentanan ekosistem terhadap perubahan iklim. Kajian tersebut diharapkan bisa memberikan masukan guna mengembangkan metoda intervensi yang lebih optimal, termasuk pengembangan teknologi
baru untuk pemantauan badak dan pengawasan habitat.

Ketiga, kajian sosial ekonomi untuk pengembangan konservasi berkelanjutan guna memahami kondisi masyarakat dan kegiatan-kegiatan ekonomi komersial yang berdampak kepada kawasan perlindungan badak dan wilayah pendukungnya. Hasil kajian ini diharapkan bisa memberikan masukan terhadap model konservasi berbasis masyarakat yang sudah dikembangkan oleh YABI.

Keempat, kedua lembaga akan melaksanakan program peningkatan kapasitas dan pertukaran pengetahuan. Kegiatan-kegiatan dalam program ini termasuk penyelenggaraan lokakarya hasil kajian dan pengembangan model intervensi serta pelatihan dan beasiswa bagi pelajar dan mahasiswa untuk mendapatkan pengetahuan yang mendukung konservasi badak. Selain itu, direncanakan pula pengembangan kapasitas staf YABI melalui pelatihan khusus danpendidikan untuk mendapatkan gelar lanjutan.

Terakhir, kedua lembaga akan melakukan kegiatan penyadaran publik secara lebih kreatif melalui kampanye digital bersama yang mendidik masyarakat dan menginspirasi dukungan pendanaan lewat crowdfunding. Kegiatan lain adalah membuat publikasi bersama untuk menampilkan kisah sukses program konservasi badak yang diharapkan berdampak padadukungan publik yang lebih luas.

Dengan telah ditandatanganinya kerjasama antara DIPI dengan YABI, tentunnya Program Konservasi Badak akan memiliki potensi transformatif bagi keanekaragaman hayati Indonesia. Kerjasama ini juga diharapkan dapat merintis solusi konservasi berbasis bukti yang inovatif dalam menumbuhkan ilmuwan & praktisi konservasi Indonesia, khususnya tentang badak sumatera dan badak jawa.

 

Menu