Mendeteksi badak sumatera kini tak harus menunggu kemunculan visual. Teknologi analisis e-DNA membawa harapan baru dalam mendeteksi keberadaan badak sumatera. Bertempat di Suaka Rhino Sumatera (SRS) Taman Nasional Way Kambas (TNWK), Balai TNWK dan Yayasan Badak Indonesia (YABI) melakukan pelatihan peningkatan kapasitas analisis e-DNA menggunakan alat portable untuk tim lapangan pada tanggal 14–15 Juni 2025.
Tentang eDNA yang Perlu Kamu Tahu:
e-DNA (environmental DNA) adalah jejak genetik (DNA) yang ditinggalkan satwa di air, tanah, atau permukaan tumbuhan yang ada di habitat mereka. DNA dapat diekstrak dari sampel lingkungan seperti tanah, sedimen, air, atau bekas makanan. Metode e-DNA cocok digunakan untuk mendeteksi satwa langka seperti badak sumatera yang sulit terpantau langsung.
Dalam kegiatan ini, tim menggunakan dua alat molekuler yang ringkas dan praktis, yaitu Bento Lab Pro dan MIC qPCR dari Bio Molecular System. Kalian sudah pernah dengar sebelumnya? atau baru pertama kali mendengar?
Bento Lab Pro:
- Ukurannya kecil, seukuran kotak makan, dan ringan.
- Sudah lengkap dengan alat ekstraksi DNA: inkubasi, centrifuge, alat PCR konvensional, dan elektroforesis untuk melihat hasil.
MIC qPCR:
- Deteksi DNA dari sample e-DNA dilakukan secara real-time dan selesai dalam waktu ±60 menit.
- Sangat sensitif, cocok untuk memeriksa sample eDNA.
- Tidak butuh langkah tambahan seperti elektroforesis karena hasilnya langsung terlihat di layar.
Selain itu, keunggulan keduanya adalah bisa dipakai dengan baterai portable untuk menggantikan sumber listrik.
Materi analisis e-DNA dengan alat portable disampakan oleh Dr. Dwi Sendi Priyono, Dosen Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Selain itu, disampaikan juga materi tentang pengelolaan konservasi badak sumatera di TNWK oleh Kepala Balai TNWK, Mhd. Zaidi, S.Hut., M.A.P., serta materi tentang perjalanan konservasi badak dan perilaku badak sumatera oleh YABI yang diwakili oleh Arief Rubianto (Senior Manajer Program) & pengantar oleh Sumadi Hasmaran (Senior Manajer SRS). Tidak hanya pengenalan teori di kelas, peserta pelatihan juga melakukan praktik lapangan untuk pengambilan sample e-DNA. Sample yang diambil terdiri dari sample tanah, permukaan daun, dan jaring laba-laba. Selanjutnya, peserta pelatihan belajar untuk mengekstraksi DNA dari sample e-DNA yang sudah diambil, melakukan running qPCR, serta interpretasi hasil.
Harapannya, penggunaan metode dengan peralatan sekecil kotak makan ini dapat memberikan pengaruh besar untuk pelestarian populasi badak sumatera yang kini hanya ada di Indonesia. Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam pelatihan ini! Salam Lestari! Salam Konservasi!🦏