Jakarta, 22 September 2025 – Dalam rangka memperingati Hari Badak Sedunia ke-15, Kementerian Kehutanan mengadakan peringatan di Manggala Wanabakti, Jakarta, yang dihadiri oleh Yayasan Badak Indonesia (YABI), International Rhino Foundation (IRF), akademisi, dan mitra konservasi lainnya. Peringatan ini menjadi momentum untuk meneguhkan komitmen Indonesia dalam menjaga kelestarian dua spesies badak kebanggaan Indonesia, yakni Badak Jawa (Rhinoceros sondaicus) dan Badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis).
Usai peringatan, YABI melakukan audiensi dengan Menteri Kehutanan, Raja Juli Antoni. Dalam kesempatan tersebut, Direktur Eksekutif YABI, Drs. Jansen Manansang, M.Sc., memperkenalkan seluruh peserta dan menegaskan komitmen YABI dalam mendukung program konservasi pemerintah, salah satunya terkait dengan Operasi Merah Putih Translokasi Badak Jawa. Dalam waktu dekat sebelum melakukan translokasi badak jawa, akan dilakukan Tactical Floor Game (TFG) yang diikuti oleh Kementerian Kehutanan, Yayasan Badak Indonesia, dan Tentara Nasional Indonesia (TNI).
Direktur Eksekutif YABI menjelaskan berbagai program strategis YABI, termasuk Rhino Protection Unit (RPU), pengembangbiakan semi in situ badak sumatera di Suaka Rhino Sanctuary (SRS), Taman Nasional Way Kambas yang kini sudah melahirkan lima anak badak sumatera, pengembangan Assisted Reproductive Technology (ART) dan biobank, serta edukasi masyarakat mengenai badak jawa dan badak sumatera. Direktur Eksekutif YABI juga menekankan pentingnya upaya penguatan Program RPU secara komprehensif untuk menjaga keamanan kawasan dan populasi badak serta melibatkan masyarakat melalui program community development dan edukasi guna meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat akan pentingnya konservasi badak.
Dalam audiensi, Direktur Eksekutif YABI juga menyampaikan bahwa IRF telah menjadi donor utama YABI selama lebih dari 30 tahun, mendukung konservasi badak di Indonesia melalui kerja sama dengan pemerintah. Selain itu, IRF menawarkan kerja sama terkait pemulangan materi genetik badak sumatera di Sandiego Zoo untuk selanjutnya dapat digunakan dalam program ART badak sumatera, dan Menteri Kehutanan menyambut positif terhadap rencana tersebut.
Audiensi ini turut dihadiri oleh Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem, Prof. Satyawan Pudyatmoko; Direktur Konservasi Spesies dan Genetik, Nunu Anugrah; Anggota Dewan Pembina YABI, Letjen TNI (Purn) Dodik Wijanarko dan Willem Manansang; serta Direktur Eksekutif IRF, Nina Fascione.
Indonesia merupakan rumah bagi dua dari lima spesies badak dunia. Badak Jawa diperkirakan tersisa 87–100 individu, terbatas di Taman Nasional Ujung Kulon, Banten, sementara Badak Sumatera kurang dari 100 ekor, tersebar di kantong-kantong kecil di Sumatera (Taman Nasional Way Kambas, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, dan Kawasan Ekosistem Gunung Leuser) dan Kalimantan. Kedua spesies berstatus critically endangered, menghadapi ancaman serius seperti perburuan liar dan kerusakan habitat. Menteri Kehutanan menegaskan, “Pelestarian badak bukan hanya soal menyelamatkan satwa, tetapi juga menjaga ekosistem, keragaman genetik, dan harga diri bangsa.”
Peringatan Hari Badak Sedunia tahun ini juga dimeriahkan dengan peresmian patung badak jawa berbahan perunggu seberat 1,073 ton, karya seniman Gillie dan Marc Schattner, yang berdomisili di New York, dan merupakan donasi dari IRF. Selain itu, dilakukan penandatanganan dukungan konservasi badak jawa dan badak sumatera secara bersama-sama yang diawali oleh Menteri Kehutanan RI. Acara ini menjadi momentum untuk menyatukan langkah semua pihak, memastikan bahwa badak tetap hidup dan lestari di bumi pertiwi.
Tema Hari Badak Sedunia 2025, “Cinta Badak, Cinta Indonesia”, menekankan bahwa perlindungan badak adalah tanggung jawab seluruh bangsa. Badak jawa dan badak sumatera bukan hanya satwa langka, tetapi juga simbol kemegahan alam dan harga diri bangsa.