Yayasan Badak Indonesia mendukung mitra Taman Nasional Way Kambas melakukan sosialisasi internal Rencana Aksi Darurat Penyelamatan Badak Sumatera kepada jajaran staf dan personil Taman Nasional Way Kambas dan seluruh jajaran mitra LSM serta tokoh masyarakat desa sekitar Taman Nasional.
Sosialisasi dilaksanakan sepanjang pertengahan September 2020 di seluruh Satuan Pengelolaan Taman Nasional Way Kambas yang berpuncak di kantor Balai Taman Nasional Way Kambas pada 29 September 2020. Bertujuan memberikan pemahaman mengenai pentingnya upaya penyelamatan badak sumatera yang tertuang dalam RAD Penyelamatan badak sumatera 2018 – 2021, kegiatan ini memaparkan tahap survey, trajektori, rescue, dan translokasi, kelembagaan yang terlibat, metode, pembagian daerah operasi, serta dukungan masyarakat sekitar Taman Nasional.
Usai sosialisasi, seluruh komponen, termasuk tokoh masyarakat dan adat, berinisiatif menandatangani surat dukungan atas rencana aksi darurat penyelamatan badak sumatera yang akan mulai dilaksanakan November 2020 ini.
Kegiatan pemerintah Indonesia berskala nasional ini mendapat dukungan berbagai pihak internasional mulai pemerintah Negara sahabat serta berbagai lembaga seperti TFCA-Sumatera, Sumatran Rhino Rescue Alliance yang terdiri dari Global Wildlife Conservation, National Geographic Society, International Rhino Foundation, IUCN Species Survival Commission, dan secara tidak langsung oleh WWF International. Pasalnya, kondisi Badak Sumatera saat ini sangat kritis dan hampir punah, dimana perkiraan ilmiah menyebutkan Badak Sumatera (Dicorherinus sumatrensis) tersisa tidak lebih dari beberapa puluh ekor di seluruh dunia sementara habitat alami mereka musnah dalam tingkat dan kecepatan yang sangat mencemaskan, ditambah gangguan manusia akibat perambahan kawasan Taman Nasional. Badak Sumatera dikenal sebagai hewan yang penyendiri dan pemalu dengan tingkat kelahiran alami badak baru di habitat asli yang sangat rendah, sehingga kehadiran manusia di wilayah dan habitat asli membuat mereka mundur menyingkir. Hal tersebut berakibat sangat serius pada siklus alami kehidupan Badak Sumatera.
Badak sumatera sejak era 1990-an populasinya terus menurun drastis, jumlahnya saat ini hanya tersisa sekitar 80 individu yang tersebar di beberapa bentang alam di Pulau Sumatera yaitu di Leuser Timur, Leuser Barat, Bukit Barisan Selatan, dan Taman Nasional Way Kambas (TNWK). Sedangkan di Pulau Kalimantan populasi badak masih ditemukan di Kutai Barat dan Mahakam Ulu di Kalimantan Timur. Kondisi terkini populasi badak sumatera di alam terus menurun sehingga Badak sumatera penting segera diselamatkan. Kementerian LHK dalam hal ini Ditjen KSDAE telah membuat rencana aksi darurat melalui Surat Keputusan Dirjen KSDAE Nomor: SK.421/KSDAE/SET/KSA.2/12/2018 Tanggal 6 Desember 2018 tentang Rencana Aksi Darurat (RAD) Penyelamatan Badak Sumatera tahun 2018 – 2021.
Sesuai RAD, Bukit Barisan Selatan, Kutai Barat dan Mahakam Ulu saat ini diperkirakan populasinya kurang dari 15 individu, sementara di bentang alam Leuser Barat dan Way Kambas populasi badak diperkirakan lebih dari 15 individu. Hasil analisis berdasarkan data yang diperoleh dari kegiatan lapangan yang dilakukan oleh ALeRT, RPU-YABI dan Patroli Resort lingkup Balai TNWK, estimasi populasi badak sumatera di TNWK tahun 2019 terdapat minimum 18 dan maksimum 20 individu. Data ini berdasarkan temuan ukuran tapak, jarak titik temuan dan didukung data kamera trap pada tahun 2019.
Rencana aksi penyelamatan badak sumatera di TNWK mencakup upaya penangkapan individu badak sumatera dalam kondisi produktif, dan menggabungkan badak-badak tangkapan ke dalam sarana Conservation breeding atau SRS. Tujuannya adalah untuk mempercepat pengembangbiakan badak di SRS Way Kambas serta menghindari perkawinan sedarah (Inbreeding), perkawinan ini dapat menyebabkan hilangnya keragaman genetika khususnya badak sumatera.