- Dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun Kabupaten Lampung Barat dan Hari Badak Sedunia, tim konsorsium program Konservasi Habitat Prioritas Bukit Barisan Selatan bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Lampung Barat menyelenggarakan acara peringatan Hari Badak Sedunia dalam rangkaian “Liwa Fair 2019” yang diadakan sejak 23 sampai 28 September 2019 di Liwa, Kabupaten Lampung Barat, Provinsi Lampung.
- Dengan kawasan hutan yang luasnya lebih dari 60 persen wilayahnya, Lampung Barat telah berkomitmen untuk melestarikan kekayaan alamnya dengan mendeklarasikan diri sebagai kabupaten konservasi. Lampung Barat juga merupakan salah satu dari sedikit kabupaten di Indonesia yang masih memiliki badak Sumatera. Pada momentum peringatan Hari Badak Sedunia tahun 2019 ini, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan menyerukan kepada seluruh elemen, termasuk masyarakat untuk bersama-sama menjaga populasi badak Sumatera yang semakin kritis
- Perayaan Hari Badak Sedunia juga dilakukan di enam desa dampingan di Kabupaten Lampung Barat dan Kabupaten Pesisir Barat yang berada di penyangga kawasan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan lewat syiar agama Islam.
Lampung Barat, 27 September 2019 – Badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis) merupakan salah satu dari lima spesies badak yang tersisa di dunia. Namun, populasi badak Sumatera beberapa tahun ini diperkirakan mengalami penurunan yang signifikan hingga jika tidak segera ditangani diprediksi akan punah. Meskipun satwa ini berada di bawah perlindungan hukum, perburuan tercatat tetap terjadi sepanjang tahun 1980 dan 1990-an. Selain karena perburuan, tingginya laju kehilangan habitat dan siklus perkembangbiakan yang sangat lambat menjadi ancaman serius bagi keberlanjutan hidup spesies badak dengan ukuran tubuh terkecil ini.
Dua puluh tahun lalu yakni pada tahun 1997, populasi badak Sumatera di seluruh dunia diperkirakan berkisar antara 250 hingga 400 ekor di Semenanjung Malaysia, Sumatera dan Sabah. Populasi terus mengalami penurunan hingga tahun 2011 perkiraan populasi global spesies ini menjadi sekitar 200 ekor dan diperkirakan bahwa badak Sumatera di Semenanjung Malaysia telah punah, sementara di Sabah, Malaysia dinyatakan punah di alam.
“Pada tahun 2014, populasi badak Sumatera diperkirakan kurang dari 100 individu di dunia, yang persebarannya hanya tinggal di Pulau Sumatera dan Pulau Kalimantan. Kemudian pada tahun 2018, perkiraan terburuknya adalah tinggal 30 ekor badak Sumatera tersisa di alam, dan populasi alami badak Sumatera yang berada di luar lanskap Leuser diprediksi tidak akan mampu bertahan di alam dalam jangka panjang. Saat ini di Indonesia, badak Sumatera hanya dapat ditemukan di Taman Nasional Gunung Leuser (Aceh), Taman Nasional Way Kambas (Lampung), Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (Lampung), dan Kutai Barat (Kalimantan). Oleh karena itu, dibutuhkan peran seluruh elemen termasuk masyarakat untuk bersama-sama menjaga populasi badak Sumatera yang semakin kritis,” ungkap Suhana, selaku Kepala Seksi III Taman Nasional (BPTN) Wilayah II Liwa pada perayaan Hari Badak Sedunia tanggal 27 September 2019 di Kebun Raya Liwa.
Setiap tahun, Kabupaten Lampung Barat memperingati hari jadinya melalui berbagai rangkaian kegiatan yang berlangsung selama beberapa hari melalui acara “Liwa Fair”. Hari Ulang Tahun Lampung Barat yang jatuh pada 24 September 2019 hanya berselisih dua hari dari perayaan Hari Badak Sedunia yang jatuh pada tanggal 22 September 2019. “Ini merupakan momen yang tepat untuk memperingati kedua hari besar tersebut. Apalagi Lampung Barat merupakan salah satu dari sebagian kecil kabupaten di Indonesia yang masih memiliki badak Sumatera. Badak adalah amanah untuk kita sekaligus kebangaaan Indonesia di mata dunia”, ungkap Parosil Mabsus, selaku Bupati Lampung Barat.
Lebih lanjut, Parosil mengungkapkan bahwa Lampung Barat telah mendeklarasikan diri sebagai kabupaten konservasi, mengingat lebih dari 60 persen wilayahnya terdiri dari kawasan hutan. Komitmen ini termasuk ke dalam program unggulan Pemda dalam lima tahun kedepan. “Dengan demikian, perlu adanya dukungan berbagai pihak terkait dalam pelaksanaan Lampung Barat sebagai kabupaten konservasi, termasuk di dalamnya program konservasi badak Sumatera dan penyadartahuan kepada masyarakat sebagai upaya melestarikan spesies karismatik ini,” lanjutnya.
Perayaan Hari Badak Sedunia sebagai bagian dari rangkaian acara Liwa Fair 2019 ini merupakan hasil kerjasama tim konsorsium program Pelestarian Habiat Prioritas TNBBS dengan Pemda Lampung Barat. “Acara ini adalah bagian dari Program Pelestarian Habitat Prioritas di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan-TNBBS yang merupakan kerja sama antara Wildlife Conservation Society-Indonesia Program (WCS-IP), WWF, Yayasan Badak Indonesia (YABI), dengan dukungan Kementerian Lingkungan Hidup Jerman (BMU) melalui Bank Pembangunan Jerman (KfW) dalam kerangka International Climate Initiative. Melalui acara ini, kami ingin mengajak masyarakat untuk ikut serta melestarikan hutan dan satwanya khususnya badak Sumatera, meningkatkan kerja sama dengan Pemda Lampung Barat terutama dalam kampanye pelestarian, dan mengintegrasikan acara seni budaya yang ada di Lampung Barat dengan tema konservasi,” ujar David Purmiasa selaku Project Coordinator untuk Program Pelestarian Habitat Prioritas. Peringatan Hari badak Sedunia dalam rangkaian acara Liwa Fair 2019 diisi dengan berbagai kegiatan menarik antara lain lomba mewarnai dengan pewarna alami; lomba fashion show dengan motif celugam dan alam; lomba pawai dan jelajah Kebun Raya Liwa; serta lomba melukis kolase. Selain itu, tema pelestarian badak Sumatera juga menjadi salah satu tema dalam perlombaan nyambai.
Tidak hanya dalam rangkaian Liwa Fair, tim konsorsium program pelestarian habitat prioritas pun menginisiasi perayaan Hari Badak Sedunia di enam desa dampingan di Kabupaten Pesisir Barat dan Lampung Barat melalui aktivitas keagamaan yakni lewat syiar agama Islam di Desa Pemerihan, Desa Paku Negara, Desa Suka Banjar (Pesisir Barat) dan Desa Bumi Hantatai, Desa Tabaliokh, Desa Suka Marga (Lampung Barat). Kegiatan syiar agama Islam juga diiringi dengan penampilan hadroh yang dimodifikasi dengan sajak untuk mengajak melestarikan hutan dan satwa di dalamnya. Dalam ceramahnya di desa, Ustadz Alif Al-Maduri dari MUI Provinsi Bandar Lampung menyampaikan bahwa “Pelestarian hutan dan satwa liar sejatinya bukan hanya tanggung jawab dari pemerintah dan lembaga konservasi, tetapi juga kita semua karena konservasi itu merupakan bagian dari iman yang ada di semua ajaran agama. Oleh karena itu MUI menerbitkan fatwa tentang Pelestarian Satwa Langka untuk Keseimbangan Ekosistem dan juga berdakwah tentang hal ini.“
Kontak:
- David Purmiasa,Coordinator untuk Konsorsium Program Pelestarian Habitat Prioritas (WCS, WWF, YABI), 0813 9933 3900..Email dpurmiasa@wcs.org
- Mira Margaretha, Communication Coordinator untuk Konsorsium Program Pelestarian Habitat Prioritas (WCS, WWF, YABI) 0817 981 8979…Email mmargaretha@wwf.id
Tentang Program Konservasi Habitat Prioritas di BBS
Program Pelestarian Habitat Prioritas di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan-TNBBS (Conserving priority habitats in Bukit Barisan Selatan National Park, Sumatra) merupakan kerjasama antara Wildlife Conservation Society (WCS), World Wildlife Fund (WWF), Yayasan Badak Indonesia (YABI), dan Balai Besar TNBBS dengan dukungan dari Kementerian Federal Negara Jerman untuk Lingkungan, Konservasi Alam dan Keamanan Nuklir (BMU) dalam kerangka International Climate Initiative melalui KfW, Bank Pembangunan Pemerintah Jerman.
Dokumentasi Kegiatan :