+62 251 - 8380832
info@badak.or.id
flagIndonesia
flagEnglish
Facebook
Twitter
YouTube
Yayasan Badak IndonesiaYayasan Badak Indonesia
  • Home
  • What We Are
    • About Us
    • Merchandise
    • Gallery
    • Contact
  • What We Do
    • Sumatran Rhino Sanctuary (SRS)
    • Research and Education
    • Semi In-Situ Captive Breeding
    • Law Enforcement
    • Protection Program
    • Expansion of Sumatran Rhino Sanctuary
  • News & Facts
    • Javan Rhino
    • Sumatran Rhino
    • Highlight
    • Facts
    • News
    • Report
    • Press Coverage
    • Press Release
  • How You Can help
  • Job Vacancies

Kembalinya Badak Sumatera ‘Harapan’ Ke Indonesia

November 5, 2015Press Release
Edit_DSC07452

Badak Sumatera ‘Harapan’, 2 November 2015 di SRS Way Kambas

Badak ‘Harapan’ adalah badak sumatera ketiga yang lahir di Kebun Binatang Cincinnati, Amerika Serikat, pada tahun 2007. Harapan adalah anak badak ketiga dari perkawinan badak jantan ‘Ipuh’ dan badak betina ‘Emi’, setelah sebelumnya telah lahir kakak-kakaknya yaitu ‘Andalas’  pada 13 September 2001 dan ‘Suci’ pada tahun 2004.

Kedua orang tua ‘Harapan’ yaitu ‘Ipuh’ dan ‘Emi’ adalah badak-badak sumatera hasil tangkapan pada program penyelamatan badak-badak sumatera yang terdesak di daerah hutan Riau, Jambi dan Bengkulu pada periode tahun 1985 – 1992.

Badak ‘Ipuh’ dan ‘Emi’, merupakan badak Sumatera hasil tangkapan dari kawasan Bengkulu sekitar Taman Nasional Kerinci Seblat. Ipuh ditangkap 23 Juli 1990 dan pada saat itu berumur kira-kira 20 tahunan, sedangkan Emi ditangkap pada 6 Maret 1991 dan berumur kurang lebih 8 tahun. Pada periode tersebut, sebanyak 18 individu badak Sumatera berhasil ditangkap dan didistribusikan ke beberapa kebun binatang di dunia, diantaranya kedua badak ini dikirim ke Kebun Binatang Cincinnati, Amerika Serikat, dengan pertimbangan karena KB. Cincinnati berhasil melakukan breeding pada spesies badak yang lain.

Selain yang dikirimkan ke Cincinnati 13 ekor badak diantaranya mati akibat manajemen pakan yang kurang tepat dan diterapkannya sistem peternakan pada kebun binatang yang berakibat terjadinya gangguan pencernaan (44%) dan gagal ginjal (11%). (Di kebun binatang di Amerika 4 ekor, di KB Malaka 1 ekor, di Ragunan1 ekor , di KB Surabaya 2 ekor, di Taman Safari Indonesia 2 ekor, dan di Howletts dan Port Lympne Zoo 2 ekor.

Badak ‘Ipuh’,’Emi’ dan ‘Suci’ telah tiada.  Badak ‘Ipuh’ mati pada 17 Februari 2013 akibat usia tua (±42 tahun) sementara ‘Emi’ mati pada 5 September 2009 dan ‘Suci’ mati  pada 30 Maret 2014.  Kedua badak sumatera ibu dan anak ini mati akibat hemacrhomatosis atau disebut juga ‘iron storage disease’ yaitu suatu penyakit metabolisme yang mengakibatkan kelebihan unsur zat besi (Fe) dalam tubuh. Pada manusia penyakit ini merupakan gangguan genetik yang menyebabkan tubuh menyerap terlalu banyak zat besi dari makanan yang masuk ke dalam tubuh. Kelebihan zat besi itu tersimpan di dalam organ-organ tertentu, terutama hati, jantung dan pankreas. Padahal kelebihan zat besi ini dapat meracuni organ-organ tersebut dan mengakibatkan kondisi mematikan seperti kanker, arrhytmia jantung dan sirosis. Pada spesies badak, penyakit ini masih dalam taraf penelitian.

Mengenai adanya timbunan zat besi berlebih ini menurut DR. Terri Roth dan DR. Jennifer Nollman adalah sebagai akibat tidak adanya parasit yang mengganggu sistem metabolisme sehingga tidak ada yang mengurangi timbunan zat besi tersebut.

Sepeninggal kedua induknya ‘Ipuh” dan ‘Emi’ dan saudaranya ‘Suci’, kini badak ‘Harapan’ masih memiliki saudara yaitu kakak tertuanya ‘Andalas’.  Andalas telah menghuni Suaka Rhino Sumatera Taman Nasional Way Kambas, Lampung, sejak didatangkan dari Kebun Binatang Los Angeles, Amerika Serikat, pada tanggal 10 Februari 2007.

Andalas yang juga diindikasikan menderita hemochromatosis pada saat itu, berhasil bertahan hidup dan beradaptasi dengan baik dengan lingkungan dan pakan tumbuhan alami yang sangat bervariasi jenisnya (lebih 200 jenis tumbuhan)dan makanan tambahan yang disediakan oleh para keeper SRS, tanda-tanda penumpukkan zat besi dalam tubuhnyapun tidak ditemukan lagi hingga saat ini.  Bahkan, Andalas berhasil mengawini Ratu sehingga lahir anak mereka yang diberi nama ‘Andatu’ pada 23 Juni 2012 di SRS. Andatu adalah bayi badak pertama yang lahir dalam sebuah fasilitas pengembangbiakan di Asia setelah 124 tahun (terakhir di KB Calcutta).  Kini, Andalas tengah menanti kelahiran anak keduanya hasil perkawinan dengan Ratu yang diperkirakan akan lahir pada bulan Mei 2016.

Dengan Cincinnati hanya memiliki satu individu badak sumatera yaitu ‘Harapan’ dan adanya komitmen Pemerintah Indonesia untuk tidak lagi mengirimkan badak sumatera ke luar negeri, maka program pengembangbiakan badak sumatera di KB. Cincinnati dirasakan tidak akan berhasil. Oleh karena itu satu-satunya jalan yang harus ditempuh adalah dengan mengembalikan badak ‘Harapan’ ke Indonesia.  Pihak KB. Cincinnati secara pinsip menyatakan kesediaanya mengembalikan badak sumatera ‘Harapan’ kembali ke Indonesia, dengan berkeyakinan bahwa pengembalian badak ‘Harapan’ ke Suaka Rhino Sumatera di Taman Nasional Way Kambas dapat memperbesar peluang badak ‘Harapan’ untuk berkembang biak, sebagaimana terbukti dengan suksesnya ‘Andalas’ di Suaka Rhino Sumatera.

Kedatangan Harapan ke SRS melewati proses yang cukup panjang dimulai dengan kesediaan Cincinnati mengembalikan Harapan ke Indonesia tertanggal 4 Mei 2015 banyak diskusi dilakukan untuk mempertimbangkan pemasukannya ke Indonesia antara lain dengan adanya dugaan bahwa Harapan menderita sakit dan laporan status kesehatannya diragukan. Namun dengan adanya keyakinan bahwa bagaimanapun juga keberadaan Harapan akan lebih menguntungkan bila berada di Indonesia maka Ditjen KSDAE sebagai Management Authority Indonesia setelah dengan rekomendasi LIPI, menerbitkan CITES Import Permit pada 5 Agustus 2015. Penerbitan Import Permit merupakan awal keseriusan pemrosesan surat-surat untuk mengizinkan kedatangan Harapan antara lain diterbitkannya CITES Export Permit dari USF&W USA. Dengan berbagai pertimbangan antara lain dengan diadakan rapat panel Ahli Penakit Hewan khususnya penyakit kuda maka diterbitkan persyaratan kesehatan Harapan untuk dapat masuk ke Indonesia, persyaratan mana semuanya dapat dipenuhi setelah diadakan pemeriksaan oleh Lembaga yang bertanggung jawab dalam kesehatan hewan USA bahwa Harapan memenuhi persyaratan kesehatan seperti yang diminta oleh pihak Indonesia.

Setelah persyaratan karantina dan persyaratan lain dipenuhi, terakhir dengan surat Ditjen Peternakan Kementan Tanggal 30 Oktober 2015, kembalinya Harapan dapat diterima di Indonesia.

DSC07010

Proses penurunan kandang angkut badak ‘Harapan’ dari pewasat Chatay Pasific Cargo

 

DSC07025

Kandang angkut badak ‘Harapan’ dari pesawat ke terminal kargo Bandar Udara Soekarno Hatta

Harapan diterbangkan dengan menggunakan pesawat cargo Cathay Pacific meninggal Cincinnati Ohio pada tanggal 30 Oktober 2015 dan tiba di Indonesia pada 1 November 2015 dengan transit di Anchorage dan Hong Kong. Keseluruhan perjalanan Harapan berjarak sekitar 10.253 mil selama 53 jam dengan menggunakan tiga moda transportasi yaitu udara, laut dan darat, Badak ‘Harapan’ akhirnya tiba dengan selamat di Suaka Rhino Sumatera Taman Nasional Way Kambas, Lampung, sekitar pukul 02.30 WiB.

DSC07086 DSC07097

Proses pemindahan kandang angkut badak ‘Harapan’ ke dalam truk

DSC07132

Kandang angkut badak ‘Harapan’ di dalam truk Taman Safari

Sebelum didatangkan ke SRS, Badak ‘Harapan’ pernah menghabiskan sebagian waktu di beberapa kebun binatang. Pada 2008 Pusat Konservasi White Oak di Yulee, Florida, lalu Kebun Binatang Los Angeles, California, pada Juli 2013, Harapan kembali lagi ke KB. Cincinnati.

DSC07119

Foto bersama Dr Jennifer Nollman, Dokter Hewan Cincinnati Zoo, Bapak Widodo S Ramono, Direktur Eksekutif YABI, Mr Paul Reinhart, Keeper Cincinnati Zoo dan Bapak Bambang Dahono Aji, Direktur KKH

 

HMS_0385

Truk pengangkut badak ‘Harapan’ masuk ke dalam kapal Ferry Trimas

Badak ‘Harapan’ kini berusia 8 tahun dan telah matang secara seksual dengan kondisi kesehatan yang baik dan tidak mengidap penyakit seperti yang diduga-duga semula. Pemulangan badak sumatera ‘Harapan’ ke Indonesia sangat penting untuk program pengembangbiakan badak sumatera di Suaka Rhino Sumatera di Taman Nasional Way Kambas. Program pengembang-biakan yang sangat penting untuk mengembalikan populasi badak sumatra yang kondisi populasinya sangat menghawatirkan dewasa ini. Lokakarya Analisa Viabilitas Populasi yang diselenggarakan oleh IUCN di Taman Safari Bogor Februari 2015 yang lalu mengindikasikan bahwa untuk menyelamatkan spesies ini amat diperlukan adanya upaya perlindungan mutlak setiap individu yang ada, mengupayakan konsolidasi individu yang terpencar guna meningkatkan kemungkinan perjumpaan mereka satu sama lain, dan mendorong penangkaran untuk dapat di-introduksikan kembali memperkuat populasi yang tersisa.

HMS_0402

Perjalanan truk angkut badak ‘Harapan’ beserta rombongan dari Pelabuhan Bakauheni ke SRS Way Kambas

DSC07283 HMS_0458

Kedatangan badak ‘Harapan’ di SRS Way Kambas

Terima kasih:

Dukungan penuh dari Dirjen KSDAE, Dir KKH sebagai Rhino Conservation Officer, TNWK, BKSDA dan para jajarannya yang semakin nyata.

Cincinnati Zoological Garden dan Pemerintah Amerika.

International Rhino Foundation yang selalu mendukung dalam pendanaan operasional YABI

Para Mitra antara lain MAKIN Group, Asosiasi Peternak Udang Labuhan Meringgai, WWF Indonesia, WCS sebagai anggota konsorsium YABI

Dewan Pembina YABI

Seluruh masyarakat antara lain Labuhan Ratu VII, IX, dan Braja Yekti

Semua rekan yang telah membantu mensukseskan kedatangan Harapan.

Semoga kedatangan Harapan membawa keberhasilan yang lebih baik dalam upaya merealisasikan upaya Pemerintah RI dalam konservasi badak Indonesia.

HMS_0462

Proses badak ‘Harapan’ masuk ke dalam kandang karantina SRS Way Kambas

 

HMS_0467

Badak ‘Harapan’ masuk ke dalam kandang karantina SRS Way Kambas

 

HMS_0514

Badak sumatera ‘Harapan’ bersama Paul Reinhart, keeper Cincinnati Zoo di kandang karantina SRS Way Kambas

Wassalammualaikum Wr Wb.

Recent Posts

  • Seleksi Terbuka – Pengisian Jabatan Pimpinan Ketua Pengurus/Direktur Eksekutif Yayasan Badak Indonesia (YABI)
  • Pentolan Pemburu Gading Gajah dan Cula Badak Afrika di Ekstradisi ke Amerika Serikat
  • Mr Widodo Sukohadi Ramono, Indonesian Central Figure in Rhino Conservation, Passed Away
  • Tokoh Konservasi Badak Indonesia, Bapak Widodo S. Ramono, Meninggal Dunia
  • Totalitas Widodo S. Ramono Untuk Badak Sumatera

Archives

  • April 2021
  • February 2021
  • December 2020
  • October 2020
  • September 2020
  • August 2020
  • July 2020
  • June 2020
  • May 2020
  • April 2020
  • March 2020
  • February 2020
  • January 2020
  • December 2019
  • November 2019
  • September 2019
  • August 2019
  • July 2019
  • May 2019
  • April 2019
  • March 2019
  • February 2019
  • December 2018
  • June 2018
  • May 2018
  • April 2018
  • March 2018
  • February 2018
  • January 2018
  • December 2017
  • November 2017
  • October 2017
  • September 2017
  • August 2017
  • July 2017
  • June 2017
  • April 2017
  • March 2017
  • January 2017
  • December 2016
  • October 2016
  • September 2016
  • August 2016
  • June 2016
  • May 2016
  • April 2016
  • March 2016
  • February 2016
  • January 2016
  • December 2015
  • November 2015
  • October 2015

Categories

  • Facts
  • Highlight
  • News
  • News & Facts
  • Newsletter Articles
  • Press Coverage
  • Press Release
  • Report
  • Uncategorized

Meta

  • Log in
  • Entries RSS
  • Comments RSS
  • WordPress.org
Yayasan Badak Indonesia (YABI) Jl. Bima IV No. 10 Bumi Indraprasta I, Kelurahan Bantarjati Kecamatan Bogor Utara Kota Bogor, 16153
+62 251 - 8380832
+62 251 - 8380832
info@badak.or.id
Facebook
Twitter
Google+
http://zhzh.info/publ/9-1-0-15583
© 2015 , Yayasan Badak Indonesia (YABI). All rights reserved.

Developed by